Santapan jiwa yang paling bermanfaat adalah keimanan dan ubat yang paling mujarab adalah al-Quran. Selain itu, jiwa yang sihat memiliki sifat sebagaimana berikut :
- Matlamatnya Akhirat
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau (musafir) yang melalui suatu jalan.” (HR. al-Bukhari)
Bila jiwa seseorang itu sihat, dia akan mengembara menuju akhirat dan menghampirinya, sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya. Sedangkan bila jiwa tersebut sakit, maka dia akan terlena dengan dunia dan menganggapnya sebagai negerinya yang kekal, sehingga jadilah dia hamba kepadanya.
- Keinginan Menuju Allah s.w.t.
Maka jiwa tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk mecari ketenangan dan ketenteraman bersama Ilah sembahannya. Tatkala itulah ruh benar-benar merasa kehidupan dan kenikmatan dan menjadikan hidupnya lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh dengan kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia. Untuk tujuan menghamba kepada Allah s.w.t inilah syurga dan neraka diciptakan, para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan.
Abul Husain al-Warraq berkata, “Hidupnya jiwa adalah dengan mengingat Zat Yang Maha Hidup dan Tidak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya.”
Oleh kerana itu terputusnya hubungan seseorang dengan Allah s.w.t. adalah lebih dahsyat kepada orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, kerana terputus dari Allah adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia.
- Tidak Bosan Berzikir
- Menyesal jika Tertinggal dari Berzikir
- Rindu Untuk Beribadah
- Khusyu’ Dalam Solat
- Keinginannya Hanya kepada Allah
- Menjaga Waktu
- Muhasabah dan Memperbaiki Diri
Demikian di antara beberapa tanda yang menunjukkan sehatnya jiwa seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa jiwa yang sihat dan tenteram adalah qalbu yang himmah (keinginannya) kepada sesuatu yang menuju Allah s.w.t. , mencintai-Nya dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai matlamat. Jiwa raganya untuk Allah, amalan, tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan tentang segala yang diredhai Allah lebih dia sukai daripada segala pembicaraan yang lain, fikirannya selalu tertuju kepada apa saja yang diridhoi dan dicintai-Nya.
Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah ta'ala lebih dia sukai daripada bergaul dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang dicintai dan diridhoi-Nya. Kebahagiaan dan ketenangannya adalah bersama Allah, dan ketika dia mendapati dirinya berpaling kepada selain Allah, maka dia segera mengingat firman-Nya,
”Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diredhai-Nya.¨ (QS. 89:27-28)
Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan mendengarnya nanti pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya jiwa tersebut di hadapan Ilah dan Sesembahannya yang Haq akan terwarna dengan sibghah (celupan) sifat kehambaan. Sehingga jadilah dia abdi sejati sebagai di segi sifat dan karakternya, ibadah adalah nikmat bukannya beban yang memberatkan. Dia melakukan ibadah dengan rasa gembira, cinta dan rasa dekat kepada Rabbnya.
Ketika diajukan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya berkata, “Aku sambut panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita, sesungguhnya aku mendengar, taat dan akan melaksanakannya. Engkau berhak dan layak mendapat semua itu, dan segala puji kembali hanya kepada-Mu.¨
Apabila ada takdir menimpanya maka dia mengatakan, ” Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, miskin dan memerlukan-Mu, aku hamba-Mu yang fakir, lemah tidak berdaya. Engkau adalah Rabbku yang Maha Mulia dan Maha Penyayang. Aku tidak mampu untuk bersabar jika Engkau tidak menolongku untuk bersabar, tidak ada kekuatan bagiku jika Engkau tidak membantuku dan memberiku kekuatan. Tidak ada tempat bersandar bagiku kecuali hanya kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kepadaku kecuali hanya Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagiku dari pintu-Mu, dan tidak ada tempat untuk lari dari-Mu.¨
Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah s.w.t, dan dia hanya bersandar kepada-Nya. Apabila ditimpa sesuatu yang tidak disukai maka dia berkata, “Rahmat telah dihadiahkan untukku, ubat yang sangat bermanfaat dari Zat Pemberi Kesembuhan yang mengasihiku.” Jika dia kehilangan sesuatu yang dia sukai, maka dia berkata, “Telah disingkirkan keburukan dari sisiku.“
Semoga Allah s.w.t memperbaiki jiwa kita semua, dan menjaganya dari penyakit-penyakit yang merusak dan membinasakan, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar